Selasa, 13 Mei 2014

hai sob,slamat dtang di blog kami ''CUMA DI CIREBON'';OH  ya blog nie mengenai biodata kami langsung jha y sya knalin spa jha pnulisnya.......


AIS NURTASI
cwek klahiran Cirebon,19 juli 1998. Cwek yng stu nie gmar bnget nyanyi dangdut sob,slain ithu, cwek nie  thu  gila bnget sm yng nmanya futsal.





    

 ASMAUL HUSNAH
cwek nie lahir di Madura Jatim,12 November 1997,hobi bnget ama yang namanya nulis,tp saya gk tau apa yg ditulis.








GITA MEI RAHAYU
cwek klahiran Cirebon, 06 mei1998,anak nya si cantik tpi nie anak sering malu2 klau di suruh maju buat presentasi gak tau krna grogi atau apa.hub00y cwek nie thu nonton marsya &the bear







INDRIWANTI
Cwek nie klahiran Cirebon,29 Deswmber 1997,slain cwek ini super eksis di kelasX-upw he...he
Dia juga sring di jailin ma Satriya.hobi cwek nie renang.













 MIMIN CARMINAH
saya lahir di majalengka,11 mei 1997.Cwek yang stu nie cantik,sopan,hoby nya berenang,nyanyi









SEJARAH CIREBON


Lambang daerah yang dilukiskan dalam tata warna sebagimana tertuang dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1989 adalah sebagai berikut :
  • Daun jati yang berwarna hijau tua, mengandung arti bahwa pada jaman dahulu di Cirebon ada seorang pemimpin para wali yang berbudi luhur dan bertahta serta disemayamkan di Gunung Jati dengan nama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yang menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa.
  • Sembilan buah bintang berwarna putih, mengandung arti Walisanga. Kota Cirebon terkenal sebagai tempat berkumpulnya para wali untuk bermusyawarah dalam hubungannya dengan ilmu agama Islam.
  • 5 buah bintang di dalam gambar daun jati, menggambarkan rukun Islam, yaitu : Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan Haji.
  • 4 buah bintang di atas dasar kuning emas, menggambarkan ilmu Syari'at, Hakekat, Tarikat, dan Ma'rifat.
  • Lukisan laut berombak berwarna biru, mengandung arti bahwa masyarakat Cirebon mempunyai kegiatan bekerja di daerah pantai (nelayan), dengan penuh keikhlasan (jalur putih) dalam menunaikan kewajibannya masing-masing ubtuk kepentingan bangsa dan negara.
  • Gambar Udang rebon berwarna kuning emas, mengandung arti bahwa hasil laut telah memberikan kemakmuran kepada masyarakat Cirebon. Adapun udang rebon merupakan bahan baku untuk pembuatan terasi yang terkenal dari kota Cirebon.
  • Garis bergerigi sembilan buah berwarna hitam, yang melukiskan benteng yang mendatar berpuncak sembilan buah, mengandung arti bahwa Kotamadya Cirebon bercita-cita melaksanakan pembangunan di segala bidang untukkemakmuran rakyat.
  • Perisai yang bersudut lima, mengandung arti perjuangan dalam mempertahankan dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945.
  • Warna dasar kuning emas pada perisai bagian atas, melambangkan kota Cirebon sebagai kota pantai yang bercita-cita melaksanakan pembangunan di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat yang tertib, tenteram, adil dan makmur.
  • Warna putih pada perisai bagian bawah, melambangkan Kota Cirebon letaknya di pinggir laut (kota pantai) yang siap sedia (jalur biru) memberikan hasil laut yang berguna dan berharga bagi kehidupan rakyatnya.
  • Pita melingkari perisai dengan warna kuning, melambangkan persatuan, kebesaran dan kejayaan.
  • Dasar lambang yang berwarna hitam, melambangkan keabadian.
 MAKANAN KHAS CIREBON
1.      Nasi Lengko
Nasi lengko ini sangat populer dan dapat ditemukan di berbagai tempat di Kota Cirebon. Bahan-bahan makanan ini cukup sederhana, seperti nasi putih, tahu, tempe, mentimun, taoge, dan daun kucai (seledri) yang kemudian ditaburi bawang goreng serta disiram bumbu kacang dan kecap. Lebih enak lagi jika ditemani kerupuk dan emping.

2.      Nasi Jamblang/Sega Jamblang
Jamblang adalah nama daerah di barat Kota Cirebon tempat nasi jamblang berasal. Sega jamblang menggunakan daun jati sebagai bungkus nasi yang tersaji secara prasmanan. Menunya, antara lain, sambal goreng, tahu sayur, paru-paru, semur hati atau daging, perkedel, satai kentang, telur dadar/goreng, sambal goreng telur, semur ikan, ikan asin, tahu, dan tempe. Makanan khas Cirebon ini awalnya diperuntukkan bagi para pekerja paksa pembangunan jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Sega jamblang saat itu dibungkus daun jati agar bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Daun jati memiliki pori-pori yang membantu menjaga kualitas nasi meskipun disimpan lama.

3.      Tahu Gejrot
Tahu gejrot adalah tahu yang dipotong kecil-kecil dan ditaruh di atas piring kecil yang terbuat dari tanah liat, lalu disajikan dengan bumbu gula merah, cabai, serta bawang merah dan bawang putih yang diulek. Jenis tahu yang digunakan adalah tahu lamping atau tahu sumedang. Rasa tahu gejrot yang manis pedas sangat diminati banyak kalangan. Tak heran penjual tahu gejrot juga banyak ditemui di daerah lain di Pulau Jawa.

4.      Empal Gentong
Empal gentong Cirebon adalah gulai daging sapi yang dimasak dalam gentong berbahan kayu pohon asam selama sekurangnya lima jam. Hal ini berguna untuk menciptkan rasa legit dan daging yang empuk. Kuahnya mirip soto. Empal ini disajikan dengan nasi atau lontong. Zaman dahulu, daging yang digunakan adalah daging kerbau. Empal ini ditaburi daun kucai, sambal kering, dan kerupuk rambak. Ada banyak pedagang empal gentong yang tersebar di seluruh Kota Cirebon.


5.      Docang
Docang adalah makanan khas Cirebon yang terdiri atas lontong, daun singkong, taoge, kerupuk, dicampur dengan sayur dage atau tempe gembos yang dihancurkan serta diberi parutan kelapa muda. Makanan ini punya rasa khas yang gurih dan nikmat jika disajikan dalam keadaan panas atau hangat. Harga docang pun relatif terjangkau oleh semua kalangan. Di Cirebon, docang populer sebagai hidangan sarapan pagi.

Docang (cirebon-site.blogspot.com)
6.      Bubur Sop
Bubur sop adalah bubur yang berisi kol, daun bawang, dan tauco yang diberi kuah sop yang ditaburi ayam suwir serta kerupuk. Boleh dikatakan, makanan ini merupakan kombinasi dari bubur ayam dan sayur sop. Biasanya, bubur sop hanya dijual pada malam hari.

Bubur Sop (cirebon-site.blogspot.com)

7.      Kerupuk Melarat
Melarat berarti miskin. Kerupuk ini adalah khas Cirebon yang biasanya disajikan dengan menambahkan sambal asam. Kerupuk ini biasanya dikemas plastik dan diberi tali rapia beragam warna. Warna kerupuk ini juga beragam: merah muda, kuning, putih, dan hijau. Kerupuk melarat digoreng tanpa minyak goreng melainkan pasir yang sudah dibersihkan, dikeringkan, dan diayak.

Kerupuk Melarat (Wikipedia.org)

8.      Mi Koclok

Mi koclok adalah mi kuning yang disajikan dengan taoge, kol, suwiran daging ayam, telur, kemudian disiram dengan kuah santan. Makanan ini harus disajikan panas-panas sebab tidak enak jika dimakan dingin.

Mi Koclok (cirebonkuliner.com)




9.      Sate Kalong
Sate kalong bukan berarti bahan yang digunakan daging kelelawar melainkan daging kerbau. Disebut sate kalong karena hanya dijual mulai magrib hingga larut malam. Cara berjualan sate ini menggunakan genta yang berbunyi khas. Bebunyian ini dikenal dengan nama ‘klonongan’. Genta biasanya dipasang di leher kerbau. Cara penyajiannya, daging kerbau yang sudah diolah dengan bumbu ditusuk dengan sujen. Ada dua rasa sate kalong, yaitu manis dan asin.

10.  Teh Poci
Sekilas teh ini tidak berbeda dengan teh pada umumnya. Teh poci memiliki rasa yang alami dan disuguhkan dengan menggunakan sejenis teko yang terbuat dari tanah liat (poci) dan gula batu. Teh poci biasanya menggunakan teh hijau melati yang mengeluarkan aroma khas dan disajikan di pagi atau sore hari dengan ditemani makanan kecil. Minuman ini sangat disukai masyarakat sebagai minuman khas. Secangkir teh poci menjadi sebuah salah satu kegiatan penting para wisatawan yang berkunjung ke Cirebon.


Kesenian dan Tradisi Khas Cirebon

1.Tari Topeng
Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng. Konon pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.
Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang
Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Tarian ini diawali dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya.
Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai. Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna merah. Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna merah dipakai para penari.
Setiap pergantian warna topeng itu menunjukan karakter tokoh yang dimainkan, misalnya warna putih. Warna ini melambangkan tokoh yang punya karakter lembut dan alim. Sedangkan topeng warna biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Kemudian yang terakhir, warna merah menggambarkan karakter yang berangasan (temperamental) dan tidak sabaran. Dan busana yang dikenakan penari biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng
Jika anda berminat untuk menyaksikan tarian yang dimainkan oleh satu atau beberapa orang penari cantik, seorang sinden, dan sepuluh orang laki-laki yang memainkan alat musik pengiring, di antaranya rebab, kecrek, kulanter, ketuk, gendang, gong, dan bendhe ini, silakan datang saja ke Cirebon. Tarian ini biasanya akan dipentaskan ketika ada acara-acara kepemerintahan, hajatan sunatan, perkawinan maupun acara-acara rakyat lainnya
2. Sintren

Di tengah-tengah kawih, muncullah Sintren yang masih muda belia. Yang konon haruslah seorang gadis, karena kalau Sintren dimainkan oleh wanita yang sudah bersuami, maka pertunjukan dianggap kurang pas. Kemudian sintren diikat dengan tali tambang mulai leher hingga kaki, sehingga secara logika, tidak mungkin Sintren dapat melepaskan ikatan tersebut dalam waktu cepat. Lalu Sintren dimasukan ke dalam sebuah carangan (kurungan) yang ditutup kain, setelah sebelumnya diberi bekal pakaian pengganti. Gamelan terus menggema, dua orang yang disebut sebagai pawang tak henti-hentinya membaca doa dengan asap kemenyan mengepul. Dan Juru kawih pun terus berulang-ulang nembang.
Ketika kurungan dibuka, anehnya sang sintren telah berganti busana lengkap dengan kaca mata hitam. Setelah itu sang sintren pun akan menari. Tarian sintren sendiri lebih mirip orang yang ditinggalkan rohnya. Terkesan monoton dengan gesture yang kaku dan kosong. Dan disinilah uniknya kesenian ini. Ketika sang sintren menari, para penonton akan melemparkan uang logam ke tubuh sang penari. Ketika uang logam itu mengenai tubuhnya, maka penari sintren pun akan pingsan dan baru akan bangun kembali setelah diberi mantra-mantra oleh sang pawang.
Setelah bangun kembali, sang penari sintren pun meneruskan kembali tariannya sampai jatuh pingsan lagi ketika ada uang logam yang mengenai tubuhnya. Dan konon, ketika menari tersebut, pemain sintren memang dalam keadaan tidak sadar alias kerasukan. Misteri ini hingga kini belum terungkap, apakah betul seorang Sintren berada dibawah alam sadarnya atau hanya sekadar untuk lebih optimal dalam pertunjukan yang jarang tersebut. Terlepas dari ada tidaknya unsur magis dalam kesenian ini, tetap saja kesenian ini cukup menarik untuk disaksikan.
Bagi anda yang tertarik ingin mementaskan kesenian ini di daerah anda, setidaknya di Cirebon ada dua grup Sintren yang masih eksis dan produktif, masing masing pimpinan Ny. Nani dan Ny. Juju, yang beralamat di Jl. Yos Sudarso, Desa Cingkul Tengah, Gang Deli Raya, Cirebon, Jawa Barat. Kedua kelompok ini sering diundang pentas di berbagai kota di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri
3. Kesenian Gembyung

Seni Gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali di Cirebon. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Konon seperti halnya kesenian terbang, gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah. Untuk pastinya kapan kesenian ini mulai berkembang di Cirebon tak ada yang tahu pasti. Yang jelas kesenian Gembyung muncul di daerah Cirebon setelah kesenian terbang hidup cukup lama di daerah tersebut.Gembyung merupakan jenis musik ensambel yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian Gembyung yang tidak menggunakan waditra tarompet
Setelah berkembang menjadi Gembyung, tidak hanya eksis dilingkungan pesantren, karena pada gilirannya kesenian ini pun banyak dipentaskan di kalangan masyarakat untuk perayaan khitanan, perkawinan, bongkar bumi, mapag sri, dan lain-lain. Dan pada perkembangannya, kesenian ini banyak di kombinasikan dengan kesenian lain. Di beberapa daerah wilayah Cirebon, kesenian Gembyung telah dipengaruhi oleh seni tarling dan jaipongan. Hal ini tampak dari lagu-lagu Tarling dan Jaipongan yang sering dibawakan pada pertunjukan Gembyung. Kecuali Gembyung yang ada di daerah Argasunya, menurut catatan Abun Abu Haer, seorang pemerhati Gembyung Cirebon sampai saat ini masih dalam konteks seni yang kental dengan unsur keislamannya. Ini menunjukkan masih ada kesenian Gembyung yang berada di daerah Cirebon yang tidak terpengaruh oleh perkembangan masyarakat pendukungnya.
Kesenian Gembyung seperti ini dapat ditemukan di daearah Cibogo, Kopiluhur, dan Kampung Benda, Cirebon. Alat musik kesenian Gembyung Cirebon ini adalah 4 buah kempling (kempling siji, kempling loro, kempling telu dan kempling papat), Bangker dan Kendang. Lagu-lagu yang disajikan pada pertunjukan Gembyung tersebut antara lain Assalamualaikum, Basmalah, Salawat Nabi dan Salawat Badar. Busana yang dipergunakan oleh para pemain kesenian ini adalah busana yang biasa dipakai untuk ibadah shalat seperti memakai kopeah (peci), Baju Kampret atau kemeja putih, dan kain sarung.
4. Lukisan Kaca
Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon, bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pula Jawa. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, Lukisan Kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan Lukisan Kaca Wayang.
Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan Lukisan Kaca masih terasa eksistensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon. Mengapa Lukisan Kaca disebut sebagai produk spesifik? Karena Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon
5. Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya Batik Cap yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak Mega Mendung, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix.. Bangsa Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
        Objek Wisata Di Cirebon
1. Tempat Wisata Belawa Cirebon
Lokasi tempat wisata ini berjarak sekitar 25 km dari Kota Sumber menuju arah timur. Objek wisata ini mempunyai daya tarik dari kura-kura yang memiliki ciri khusus pada punggung dengan nama latin "Aquatic Tortose Ortilia norneensis".

Menyimpan legenda yang menarik tentang keberadaannya di Desa Belawa Kecamatan Sedong. Menurut beberapa penelitian merupakan spesies kura-kura langka dan patut untuk dilindungi keberadaannya. Rencanannya objek wisata ini akan dikembangkan menjadi sebuah kawasan yang lebih lengkap lagi, yaitu taman kura-kura (turle park) atau taman reptilia.
2.Wisata Situ Sedong Cirebon

Terletak di Kecamatan Sedong yang berjarak sekitar 26 km dari pusat Kota Sumber, dengan lahan seluas 62,5 Ha. Selain memiliki panorama alam yang indah, situ ini juga sering disebut dengan nama situ pengasingan yang juga merupakan tempat rekreasi air dan pemancingan.
 




3.Wisata Banyu Panas Palimanan
  
Objek wisata Cirebon ini lokasinya di Kecamatan Palimanan yang jaraknya sekitar 16 km dari Cirebon menuju arah Bandung, merupakan sebuah pemandian air panas yang memiliki kadar belerang dan dipercaya bisa menyembuhkan penyakit kulit. Pemandian air panas ini berada di sekitar bukit Gunung Kapur, Gunung Kromong, yang memiliki keistimewaan mata air selalu berpindah pindah. 
4.Objek Wisata Plangon 
Objek wisata plangon lokasinya di Desa Babkan Kecamatan Sumber berjarak kurang lebih sekitar 10 km dari kota Cirebon. Tempat rekreasi yang memiliki panorama alam yang indah ini dihuni oleh sekelompok kera liar. Selain sebagai tempat rekreasi, disini juga terdapat makam Pangeran Kejaksan dan Pangeran Panjunan. 
Puncak acaranya biasa di waktu ziarah Plangon tanggal 2 syawal, 11 Dzulhijjah, dan 27 Rajab. Untuk pengembangan dari objek wisata ini meliputi lahan sekitar 10 Ha, dan status tanah ini adalah milik Kesultanan. Pengunjung yang datang rata-rata sekitar 58.000 pengunjung/tahun.
5.Objek Wisata Situ Patok

Luas Situ Patok sekitar 175 Ha dan terletak di Desa Setu Patok yang berjarak sekitar 6 km dari Kota Cirebon menuju arah Tegal, objek wisata ini selain memiliki panorama alam yang indah juga terdapat sarana rekreasi air serta pemancingan. 
Lokasi ini memiliki rpotensi untuk dikembangkan sekitar lahan 7 Ha, dengan status tanah milik negara. Prasarana yang diperlukan adalah pembuatan sebuah dermaga, pengadaan perahu motor, sarana pemancingan, serta pembangunan rumah makan yang artistik. Jalan menuju arah lokasi ini cukup baik dan lebar, aliran listrik sudah tersedia dan saat ini minat pengunjung untuk berkunjung ke wisata ini cukup banyak.
6.Tempat Rekreasi Cikalahang

Kawasan Cikalahang adalah daerah yang masih baru berkembang dengan daya dukung alam. Sasaran para wisatawan pada mulanya adalah objek wisata Telaga Remis yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Kuningan dan terletak di wilayah Kuningan.
Sampai saat ini kawasan Telaga Remis masih dapat menarik para wisatawan yang bisa diandalkan dari segi pendapatan. Jalan untuk menuju objek wisata ini adalah melewati Desa Cikalahang yang lokasinya di wilayah Kabupaten Cirebon, sehingga keberadaannya dapat memberikan keuntungan untuk masyarakat di sekitar usaha lain sebagai sarana pendukung wisata. Di samping itu kawasan Cikalahang sudah berkembang jadi sebuah kawasan yang memiliki daya tarik sendiri yaitu dari usaha restoran/rumah makan ikan bakar.
Dengan banyaknya peminat yang berkunjung, wilayah itu kemudian berkembang pesat menjadi daya tarik wisata makan, sehingga waktu hari-hari libur penuh dikunjungi oleh wisatawan.
Keadaan alam yang menarik dengan sumber air yang berasal dari kaki Gunung Ciremai yang tidak pernah kering, sangat memungkinkan sekali untuk membuka peluang usaha kolam renang yang bersifat alami dengan fasilitas modern serta bumi perkemahan.
Kawasan wisata Cikalahang lokasnya berada sekitar 6 km dari Kota Sumber dan 1 km dari jalan alternatif Cirebon-Majalengka dengan lingkungan alam yang masih asri.

7.Wanawisata Ciwaringin

Hutan wisata di Cirebon dengan menampilkan keindahan alam dan banyak ditumbuhi oleh pohon kayu putih. Menyediakan lokasi bagi para penggemar jalan kaki dan arena motor cross. Di lokasi ini juga terdapat Danau Ciranca bagi penggemar memancing. Berlokasi di Desa Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin, 17 km dari Kota Sumber.



 OBJEK WISATA RELIGI


1.Sunan Gunung Jati  

atau Syarif Hidayatullah[1], lahir sekitar 1450 M, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir pada sekitar 1448 M. Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama walisongo. Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. 

Ayah 
Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain. 

Ibu 
Ibu Sunan gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana / Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi Mahdi bin Ahmad. Ia dimakamkan bersebelahan dengan putranya yaitu Sunan Gunung Jati di Komplek Astana Gunung Sembung ( Cirebon ) 
Secara administrasi Situs Huludayeuh berada di Kampung Huludayeuh, Desa Bobos, Kecamatan Sumber,  dengan ketinggian  ± 73 m dari permuakaan air laut. Sungai yang mengalir di daerah ini adalah Sungai Cimanggung.Wilayah ini merupakan daerah pegunungan, sedang sekitar prasasti berupa pesawahan rakyat yang subur dan produktif, dengan menggunakan sistem sengked (bertingkat). Situs Huludayeuh berada ± 15 km sebelah baratdaya dari Kota Cirebon atau ± 7 km  sebelah utara dari Situs Kawali, Kabupaten Ciamis. Untuk mencapai lokasi situs dari kedua daerah tersebut (Cirebon dan Kawali) dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat hingga Desa Bobos. Selanjutnya menelusuri jalan setapak berupa pematang sawah sejauh ± 150 meter.
Kemunculan situs ini berawal laporan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cirebon yang tertuang dalam Surat Nomor 1516/i02.18/J-1991 tanggal 27 Julli 1991, tentang penemuan benda purbakala yang ditujukan kepada Kepala Bidang Permusemuan, Sejarah dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat. Laporan tersebut dialmpiri dengan dekripsi singkat. Batu Prasasti Huludayeuh ini ditemukan di tanah milik Martawi (60 Tahun), penduduk setempat pada tanggal 27 Februari 1991. Selanjutnya informasi itu semakin terangkat ketika  bulan September dan Oktober media massa Pikiran Rakyat, Kompas dan Bahari memuat berita temuan prasasti ini. 
Hingga saat ini sudah beberapa kali telah dilakukan penanganan dalam rangka pelestarian dan penelitian, baik oleh Bidang Muskala Kanwil Depdikbud Jabar, Suaka peninggalan Sejarah dan Purbakala, Balai Arkeologi Bandung dan Puslit arkenas Jakarta. Sejak ditemukan batu prasasti dianggap keramat oleh penduduk setempat, hingga keberadaan prasasti tersebut dipertahankan oleh penduduk setempat.  

2. Prasasti Huludayeuh 
 
Lingkungan mikro objek prasasti ini cukup terpelihara, prasasti menempati tanah negara seluas 10x10 m dengan bangunan cungkup 4x4 m. Bangunan cungkup berkonstruksi kayu tetapi dengan tiang pilar cor, atap sirap kayu dan lantainya berupa hamparan batu kali tanpa disemen.Disamping itu sekeliling area diberi pagar kawat berduri dengan tinggi 120 m. Bangunan cungkup ini cukup untuk melindungi dari gangguan air hujan dan sengatan terik matahari, tetapi tidak melindungi dari gangguan manusia, seperti pencurian, perusakan dan sebagainya. Sehingga kondisi ini sangat dikhawatirkan faktor keamanan objek warisan budaya yang sangat bernilai ini. Objek dari bahan batu andesit, dengan bentuk lempengan batu yang diberdirikan dan menyatu dengan lantai cungkup yang berupa susunan batu kali yang disemen. 
Peninggalan arkeologi-historis ini hanya berdiri sendiri lepas dari temuan arkeologi-historis lainnya baik bersifat artefaktual maupun fitur. Peninggalan warisan budaya bangsa yang sangat bernilai ini cukup jauh dari pemukiman, lokasi sangat terbuka dapat terlihat dari segala penjuru. Sehingga kondisi sangat mengkhawatirkan keamanannya. Disamping itu dikhawatirkan pula gangguan perluasan areal pesawahan yang sangat produktif, meskipun telah diberi pagar keliling dan cungkup. Kondisi ini menunjukan kurang memaksimalkan pemanfaatan objek arkeologis-historis dengan kepariwisataan, selain itu dikhawatirkan keamanannya. 
Kondisi objek, pada sisi kiri dan kanan dan atas terpenggalsehingga aksara hilang. Selain itu permukaan batu dan tulisan agak aus dan usang. Permukaan batu yang berinskripsi tulisan kuno, relatif rata yang kemungkinan mengalami proses perataan dan penghalusan dengan benda keras. Prasasti memiliki arah hadap ke arah baratdaya. Inskripsi tulisan menggunakan huruf Pasca Pallawa berbahasa Sunda Kuno (lihat gambar/foto). Melihat dari kondisi objek, yang masih dapat terbaca inskripsi tulisan berjumlah 11 baris. Karena adanya kerusakan fisik, sehingga teks tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Berdasarkan paleografi dapat diduga Prasasti Huludayeuh ini sejaman dengan dengan Kayuwangi-Balitung (abad IX-X M.). 


3.Petilasan Cimandung 

petilasan cimandung adalah sebuah petilasan mbah kuwu cirebon atau mbah kuwu sangkan
dan nyimas ratu cempa mulia yang berada di desa kerandon ,talun kabupaten cirebon
letaknya tidak jauh dari makam keramat talun,
selain tempat petilasan mbah kuwu sangkan juga ada beberapa mata air juga terdapat sebuah batu besar mirip perahu di sebut juga batu perahu,
tampak sekilas batu perahu tersebut tidak mirip perahu, yang mirip hanya bagian depannya saja yaitu dek depan perahu, susasana sejuk dan damai anda rasakan ketika berkunjung ke petilasan cimandung, kerena letaknya yang berada di hutan kabupaten cirebon